Monday, May 5, 2014

Stop Impor! Mari Berdaulat Pangan

Negara dengan luas lahan yang luar biasa kok impor pangan.
Negara agraris, kok beras saja tetap impor, buah impor, daging impor.
Punya lautan luas, kok memenuhi protein warga negaranya saja harus impor.
Apa yang salah sebenarnya dengan negara ini. Apakah potensi sumber daya alamnya kurang? Apakah jumlah petaninya kurang? Apakah tanah kita tidak subur? atau laut kita tidak lagi menghasilkan ikan? jangan-jangan tanah di bumi pertiwi sudah tidak mau lagi menghasilkan pangan, karena berkali-kali dicemari, dirusak?
Kalau mencermati kondisi Indonesia, semestinya kita tidak hanya memiliki ketahanan pangan yang kuat, tetapi juga memiliki kedaulatan pangan. Kalau ketahanan pangan hanya berbicara kecukupan, pemerataan dan keadilan dalam memperoleh pangan. Sementara kedaulatan pangan lebih dari itu, tapi kita bisa mencukupi, merata dan adil dengan berdiri diatas kaki sendiri, bukan impor lagi. Lebih dari itu kita semestinya menjadi eksportir pangan, bukan lagi importir. Punya ketahanan pangan, berdaulat, dan juga mampu jadi ekportir pangan.
Mengaca
Mari kita mengaca, supaya bisa melihat wajah pangan negeri ini dengan jelas. Kenapa tidak berdaulat pangan dan kenapa tergantung impor. Mungkin ada yang menjawab, banyak lahan pertanian yang beralih fungsi ditanami rumah dan gedung-gedung. Atau ada yang beralibi kalau jumlah penduduk kita kebanyakan jadi butuh banyak pangan. Atau beralasan lagi generasi muda pada malas jadi petani jadi banyak lahan yang nganggur.
Nah ini tipikal kita, kalau disuruh cari alasan pasti banyak, pokoknya pintar cari alasan. Walaupun alasanya masuk akal tetap saja menunjukkan lemahnya mental kita. Setiap bangsa pasti punya masalah dengan ketahanan dan kedaulatan pangan tapi persoalanya mengeluh saja tidak cukup. SUdah tahu masalahnya apa, sekarang tinggal bagaimana kita menyelesaikan masalah itu.
Punya lahan pertanian luas, punya sumber daya manusia banyak kok tidak bisa berdaulat pangan berarti ada yang salah urus di negeri ini. Lahan produktif kok beralih fungsi ditanami rumah dan gedung, berarti ada yang gak beres. Generasi muda pada malas jadi petani berarti ada yang tidak benar dalam dunia pertanian kita.
Stop Impor, mungkinkah?
Kita harus jujur kalau ketergantungan kita terhadap impor pangan sangat kuat. Pertanyaannya mungkinkah berhenti impor pangan? atau setidaknya beranikah pemerintah menghentikan impor pangan?
Kata pepatah: man jadda wajada: kalau bersungguh-sungguh pasti bisa
Kalau bangsa ini mau bersungguh-sungguh untuk berdaulat pangan pasti bisa. kalau sejauh ini belum bisa, mungkin karena kita tidak bersungguh-sungguh untuk mencapainya.
Bagaimana langkahnya, ini beberapa hal yang mungkin dilakukan sepanjang ada kemauan kuat.
1. Produk pangan lokal untuk bisa bersaing membutuhkan stimulus. Permudah bibitnya, dengan menyediakan bibit berkualitas dan terjangkau. BErikan kemudahan untuk mendapatkan pupuk. Jangan pas musim tanam justru pupuk menghilang. Berikan kemudahan permodalan sehingga petani kita bisa bercocok tanam.
2. Menjaga harga produk pertanian: Harga produk pertanian kita selalu kalah dengan barang impor. Sudah impor kok harganya lebih murah dari pangan lokal?. Penyebabnya karena di negaranya mereka mendapatkan insentif dari pemerintahnya sehingga harganya bisa bersaing di pasar internasional. Di kita, petani seolah disuruh bertarung sendiri melawan kapitalisme perdagangan. Nah ini sulit. Bantu modal petani, jaga harganya supaya petani bisa bersaing.
3. Supaya generasi muda mau menjadi petani gimana caranya?. Jadikan profesi petani menjadi profesi yang menjanjikan.
Selama menjadi petani identik dengan kemiskinan, kekurangan, keterbelakangan maka jangan harap generasi muda menjadi petani. Jadikan profesi petani sebagai profesi yang meyakinkan untuk masa depannya.
JAdi menghentikan impor dan berdaulat pangan bukanlah hal yang tidak mungkin. Selama ada kemauan, kesungguhan dan political will yang kuat dari pemerintah semua bisa terwujud. Namun perlu diingat, kalau kebijakan pemerintah tidak akan sukses kalau tidak didukung dengan perilaku positif masyarakat.
Jadi biasakan pergi ke pasar tradisional, beli produk pangan lokal.
Gak usah gengsi membeli buah lokal, tidak usah silau dengan buah impor.
Yakinlah beras lokal kualitasnya bagus, jangan berharap pada beras impor. So stop impor dan mari berdaulat pangan.