Saturday, December 28, 2013

Perhatian Islam terhadap Komunikasi (serial buku 2)

Hal 7-9
Dalam Islam, persoalan komunikasi juga mendapat perhatian yang serius. Beberapa prinsip dasar berkomunikasi disebutkan dalam Al Qur’an dan Hadist. Prinsip-prinsip tersebut
berupa pedoman yang bersifat pokok dan bisa diaplikasikan dalam beragam praktek komunikasi. Beberapa di antaranya adalah prinsip qaulan sadida, qaulan karima, qaulan baligha, qaulan mansyura, dan lainnya.
Tabel Jenis Perkataan dalam Al Qur’an
 Qawlan sadidan (4:9 ). (benar)
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
 Qawlan Mansyuran (17:28) (layak)
Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.
 Qawlan Layyinan (20:44) (lembut)
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.
 Qawlan Kariman (17:23) (mulya)
Perkataan yang mulia.
 Qawlan Ma’rufan (4:5 ) (baik)
Kata-kata yang baik.
 Qawlan Baligha (4:63) (jelas/fasih)
Kata baligh dalam bahasa Arab artinya sampai mengenai sasaran, atau  mencapai tujuan. Bila dikaitkan dengan Qawl (ucapan atau komunikai) kata baligh” berarti fasih, jelas makananya, terang dan tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki. Karena itu  prinsip  qawlan balighan  dapat diterjemahkan  sebagai prinsip komunikasi yang efektif

Tuesday, December 24, 2013

Serial buku 1

Dalam beberapa kali postingan kedepan saya berkeinginan untuk memposting sebagian materi buku saya yang kedua, yang berjudul: KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM MASYARAKAT MAJEMUK.
Buku ini sedang dalam proses penerbitan dan saya tulis bersama Ibu Made Dwi Adnjani. Harapannya buku ini akan membawa manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Hal 1-3
Retakan-retakan kebhinekaan yang mulai menguat di tengah masyarakat kita semestinya mendapat perhatian serius dari semua pihak. Jika tidak kita perhatikan dengan serius maka keutuhan bangsa ini bisa jadi tinggal kenangan. Satu per satu wilayah Indonesia akan memilih untuk merdeka dan pada akhirnya Indonesia tinggal menjadi kenangan sejarah. Persoalannya bagaimanakah kita bisa mengatasi ancaman tersebut?
Jika kita mau menggali dan belajar dari sejarah perjalanan bangsa ini, maka jawaban pertanyaan tersebut bisa kita temukan. Generasi 1908 yang dipelopori Boedi Oetomo, generasi 1928 dengan Sumpah Pemuda, dan generasi 1945 yang berhasil mencetuskan proklamasi telah memberi pelajaran bagaimana persatuan dan kesatuan bangsa ini dibentuk. Kuncinya terletak pada kemauan untuk menghargai dan menerima kebhinekaan, mengikis egoisme pribadi dan membangun kesadaran kebangsaan. Perbedaan yang dimiliki oleh setiap suku bangsa dikomunikasikan dengan efektif sehingga persatuan dan kesatuan bisa terwujud. Perbedaan tidak dijadikan alasan untuk saling membenci.
Melalui komunikasi yang efektif, setiap perbedaan disampaikan dengan penuh toleran tanpa bermaksud untuk menyakiti satu sama lain. Perbedaan yang terus dipendam tanpa pernah dikomunikasikan akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan pun. Oleh karena itu kemampuan berkomunikasi mutlak dimiliki oleh setiap individu agar mampu menjembatani beragam persoalan yang dihadapi.
Perhatikan ilustrasi berikut:
“Ani meminjam buku Ari sejak 2 bulan yang lalu. Kesibukan Ani di sekolah dan beragam kegiatan yang diikuti membuatnya lupa untuk mengembalikan buku Ari. Setiap bertemu Ari dia tidak terpikir untuk mengembalikan buku tersebut. Di lain pihak, Ari merasa tidak enak kepada Ani untuk meminta bukunya kembali. Menurut Ari semestinya Ani tahu diri dan segera mengembalikan buku tersebut. Karena perasaan tersebut tidak disampaikan kepada Ani maka jadilah terpendam kekesalan dalam hatinya.”
Ilustrasi tersebut menggambarkan bagaimana pentingnya komunikasi antarindividu. Ani perlu menyampaikan kepada Ari kenapa belum mengembalikan buku, sementara Ari bisa bertanya dengan baik kepada Ani kapan bukunya akan dikembalikan. Persoalan tersebut jika tidak segera diselesaikan akan menumbuhkan benih konflik di antara mereka. Beragam konflik yang terjadi di negara ini muaranya seringkali berasal dari kurangnya komunikasi sehingga persoalan tidak segera diselesaikan.
Paul Watzlawick mengungkapkan pentingnya berkomunikasi dengan sebuah kalimat, we can not not communicate (kita tidak bisa untuk tidak berkomunikasi). Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk sosial, sehingga berkomunikasi adalah sebuah kebutuhan untuk menyelesaikan beragam persoalan yang timbul dalam pergaulan manusia.

Thursday, December 19, 2013

Renungan Musim Hujan

Sudah menjadi tabiat manusia ketika selalu mengeluh terhadap apapun kondisi yang sedang dihadapi. Ketika musim panas, mereka mengeluh dengan panasnya udara dan teriknya terpaan sinar matahari yang membakar kulit. Belum lagi keringat yang berccuran membasahi badan, membuat suasana menjadi tambah tidak enak.

Kemudian sekarang datanglah musim hujan. Bagaimana sikap manusia?..Tetap sama, kembali mengeluh dengan hujan yang datang setiap hari. Menhambat aktifitas sehari-hari. Belum lagi yang mengumpat karena kebanjiran, rumah bocor atau yang lain.
Musim hujan sejatinya membawa banyak manfaat. Tanpa air kehidupan manusia tidak akan bisa berjalan. Sejatinya Allah SWT selalu menurunkan jumlah hujan yang sama di bumi dalam setiap tahunnya sesuai kadar kebutuhan manusia dan mahluk yang lain. Tetapi kenapa kemudian muncul banjir, kekeringan dan yang lainnya?
Wahai manusia, carilah jawaban pertanyaan tersebut dalam hati kalian. SIapa yang merusak alam ini sehingga kehancuran muncul dimana-dimana. Berhentilah menyalahkan siapapun karena sejatinya kitalah yang menimbulkan kerusakan tersebut.

Monday, December 9, 2013

Namanya AYas

Minggu pagi itu kami kedatangan tamu-tamu istimewa. Mereka adalah sosok-sosok yang luar biasa menghadapi kehidupan. Bahkan ditengah segala kekurangan dan kesulitan yang mereka hadapi, mereka tetap berusaha menghadirkan kebahagiaan bagi orang lain.

Pagi itu Bu Mardiana datang bertamu ke rumah kami, bersamanya datang Kholid putranya yang baru berusia sekitar 2 tahun. TIdak lama kemudian datang kakaknya yang bernama Ayas, masih kelas 2 SD. Bu Mardiana adalah single parent dengan 10 anak (luar biasa kan). Suaminya meninggal sekitar 2 tahun yang lalu tepat ketika Kholid putra bungsunya masih dalam kandungan. Setelah suaminya meninggal Bu Mardiana harus meninggalkan rumah tempatnya bernaung selama ini. Urusan dalam negeri di lingkungan keluarga besar membuatnya harus hengkang dari rumah. Bayangkan dalam kondisi hamil tua, membawa sembilan anak dan tidak banyak uang yang dimiliki dia harus mencari tempat tinggal bagi anak-anaknya.

Bu Mardiana selama ini bertindak sebagai ibu rumah tangga. Sehingga ketika suaminya meninggal semua beban jatuh ke pundaknya. Dengan bantuan beberapa teman, akhirnya sebuah rumah mungil dengan 1 kamar berhasil di kontrak. Dia dan 10 anaknya (termasuk kholid yang kemudian lahir) harus tinggal di rumah tipe 21 dengan 1 kamar. Di tengah kesusahan tak nampak kesedihan di wajahnya. DIa tetap tegar dan selalu memberikan semangat kepada orang lain. Ketegarannya menghadapi cobaan hidup adalah contoh terbesar bagi kami semua.

Kembali ke Ayas.
Hari minggu 8 Desember 2013 kemarin. Kami (saya dan sitri) dititipi Kholid dan AYas oleh BU Mardiana. Beliau harus mencucui di rumah tetangga yang lain untuk mendapatkan penghasilan. MEskipun banyak pihak yang membantu, beliau tetaplah sosok pekerja keras yang tidak ingin menengadahkan tangan terus-menerus. MEnjadi buruh cuci rumah tangga menjadi pilihan, mengingat pekerjaan itulah yang saat ini tersedia.

Hari minggu itu, menjelang jam 11.00 siang kami mengajak Ayas dan Kholid makan soto di warung dekat perempatan. Setelah memesan 3 mangkok soto (Kholid masih kecil jadi disuapi sama istri saya), kami juga memesan minuman teh hangat dan jeruk hangat pilihan AYas.

Suatu hal yang membuat kami takjub, meskipun di rumah dalam kondisi kekurangan AYas tidak tumbuh menjadi pribadi yang rakus ketika ada kesempatan. Sambil makan soto kami juga menawarkan telur puyuh, tempe goreng, sate kerang dan kerupuk yang tersedia. Bahasa Ayas luga, dia selalu menolak tawaran yang melebihi kemampuan perutnya.
"Maaf, saya gak mau nambah, takut gak habis", itulah kata-kata yang selalu diucapkannya setiap kali kami tawari makanan tambahan di luar semangkuk soto.

Pendidikan yang diberikan oleh ibunya di rumah, telah mengajarkannya untuk selalu merasa cukup. TIdak rakus dan berlebihan dalam menikmati sesuatu. Bayangkan kalau sikap ini ada dalam diri setiap kita, terutama para pemimpin bangsa ini. SUngguh krupsi yang telah menggurita itu akan hilang. ORang-orang tamak dan rakus yang tidak pernah merasa cukuplah yang telah menghancurkan bangsa ini.

Terimakasih Ayas, kau telah memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga bagi kami. Selalu merasa cukup, tidak rakus dan tamak dalam menyikapi dunia.