Dalam beberapa kali postingan kedepan saya berkeinginan untuk memposting sebagian materi buku saya yang kedua, yang berjudul: KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM MASYARAKAT MAJEMUK.
Buku ini sedang dalam proses penerbitan dan saya tulis bersama Ibu Made Dwi Adnjani. Harapannya buku ini akan membawa manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Buku ini sedang dalam proses penerbitan dan saya tulis bersama Ibu Made Dwi Adnjani. Harapannya buku ini akan membawa manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Hal 1-3
Retakan-retakan kebhinekaan yang mulai menguat di tengah masyarakat kita semestinya mendapat perhatian serius dari semua pihak. Jika tidak kita perhatikan dengan serius maka keutuhan bangsa ini bisa jadi tinggal kenangan. Satu per satu wilayah Indonesia akan memilih untuk merdeka dan pada akhirnya Indonesia tinggal menjadi kenangan sejarah. Persoalannya bagaimanakah kita bisa mengatasi ancaman tersebut?
Jika kita mau menggali dan belajar dari sejarah perjalanan bangsa ini, maka jawaban pertanyaan tersebut bisa kita temukan. Generasi 1908 yang dipelopori Boedi Oetomo, generasi 1928 dengan Sumpah Pemuda, dan generasi 1945 yang berhasil mencetuskan proklamasi telah memberi pelajaran bagaimana persatuan dan kesatuan bangsa ini dibentuk. Kuncinya terletak pada kemauan untuk menghargai dan menerima kebhinekaan, mengikis egoisme pribadi dan membangun kesadaran kebangsaan. Perbedaan yang dimiliki oleh setiap suku bangsa dikomunikasikan dengan efektif sehingga persatuan dan kesatuan bisa terwujud. Perbedaan tidak dijadikan alasan untuk saling membenci.
Melalui komunikasi yang efektif, setiap perbedaan disampaikan dengan penuh toleran tanpa bermaksud untuk menyakiti satu sama lain. Perbedaan yang terus dipendam tanpa pernah dikomunikasikan akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan pun. Oleh karena itu kemampuan berkomunikasi mutlak dimiliki oleh setiap individu agar mampu menjembatani beragam persoalan yang dihadapi.
Melalui komunikasi yang efektif, setiap perbedaan disampaikan dengan penuh toleran tanpa bermaksud untuk menyakiti satu sama lain. Perbedaan yang terus dipendam tanpa pernah dikomunikasikan akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan pun. Oleh karena itu kemampuan berkomunikasi mutlak dimiliki oleh setiap individu agar mampu menjembatani beragam persoalan yang dihadapi.
Perhatikan ilustrasi berikut:
“Ani meminjam buku Ari sejak 2 bulan yang lalu. Kesibukan Ani di sekolah dan beragam kegiatan yang diikuti membuatnya lupa untuk mengembalikan buku Ari. Setiap bertemu Ari dia tidak terpikir untuk mengembalikan buku tersebut. Di lain pihak, Ari merasa tidak enak kepada Ani untuk meminta bukunya kembali. Menurut Ari semestinya Ani tahu diri dan segera mengembalikan buku tersebut. Karena perasaan tersebut tidak disampaikan kepada Ani maka jadilah terpendam kekesalan dalam hatinya.”
“Ani meminjam buku Ari sejak 2 bulan yang lalu. Kesibukan Ani di sekolah dan beragam kegiatan yang diikuti membuatnya lupa untuk mengembalikan buku Ari. Setiap bertemu Ari dia tidak terpikir untuk mengembalikan buku tersebut. Di lain pihak, Ari merasa tidak enak kepada Ani untuk meminta bukunya kembali. Menurut Ari semestinya Ani tahu diri dan segera mengembalikan buku tersebut. Karena perasaan tersebut tidak disampaikan kepada Ani maka jadilah terpendam kekesalan dalam hatinya.”
Ilustrasi tersebut menggambarkan bagaimana pentingnya komunikasi antarindividu. Ani perlu menyampaikan kepada Ari kenapa belum mengembalikan buku, sementara Ari bisa bertanya dengan baik kepada Ani kapan bukunya akan dikembalikan. Persoalan tersebut jika tidak segera diselesaikan akan menumbuhkan benih konflik di antara mereka. Beragam konflik yang terjadi di negara ini muaranya seringkali berasal dari kurangnya komunikasi sehingga persoalan tidak segera diselesaikan.
Paul Watzlawick mengungkapkan pentingnya berkomunikasi dengan sebuah kalimat, we can not not communicate (kita tidak bisa untuk tidak berkomunikasi). Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk sosial, sehingga berkomunikasi adalah sebuah kebutuhan untuk menyelesaikan beragam persoalan yang timbul dalam pergaulan manusia.
No comments:
Post a Comment