Blusukan sudah menjadi model
kedekatan pemimpin dengan rakyat. Metode yang popular dilakukan oleh Presiden
Joko Widodo tersebut kini diikuti oleh banyak pemimpin lain. Blusukan
mengandung filosofi kedekatan pemimpin dengan rakyatnya. Melihat, merasakan,
menemani dan memberikan solusi secara cepat bagi beragam persoalan rakyat.
Pemimpin yang hadir
langsung ditengah rakyatnya menunjukkan relasi yang harmonis. Menunjukkan
kedekatan dan menyekat jarak yang semula bagitu jauh antara pimpinan dan
rakyatnya. Kehadiran pemimpin secara fisik di tengah rakyatnya akan menumbuhkan
semangat, optimisme sebagaimana ungkapan Ki Hajar Dewantara “Ing Madya Mangun Karsa”. Rakyat merasa
diperhatikan, ditumbuhkan semangatnya sehingga kemauannya untuk maju akan
tumbuh.
Aspek lain yang menjadi
ciri khas blusukan adalah spontanitas, realitas dan aktualitas. Bawahan tidak
bisa lagi memberikan laporan “asal bapak
senang”. Pemimpin yang melihat realitas langsung di lapangan tidak bisa
dibohongi dengan laporan rekayasa dari bawahannya. Rakyat bisa menyampaikan
keluh kesahnya secara langsung kepada pemimpinya. Sementara pemimpin bisa
melihat dengan kasat mata kondisi rakyatnya. Informasi yang diperoleh pemimpin
sesuai realitas di lapangan sekaligus bersifat aktual.
Blusukan memang efektif
untuk mendapatkan informasi terkini dan terakurat dari lapangan. Meski demikian
dengan luas wilayah Indonesia yang mencapai 17 ribu pulau dan tersebar dari
Sabang sampai Merauke blusukan secara fisik tentu tidak bisa dilakukan
terus-menerus. Blusukan secara fisik membutuhkan waktu, tenaga, dan mobilitas
yang bisa menguras energi pemimpin. Selain melihat realita di lapangan seorang
pemimpin juga harus memikirkan solusi dari beragam persoalan rakyatnya. Dia
harus menjalin relasi, mengembangkan jaringan, menjalin komunikasi dengan
legislatif, membina bawahan dan menyelesaikan persoalan administratif yang
menyita waktu.
Karena itu untuk
menunjang blusukan secara fisik dibutuhkan blusukan digital. Cara ini
memungkinkan pemimpin mengakses informasi terbaru dan terakurat tentang
rakyatnya. Blusukan digital juga bisa dilakukan dengan cepat dan mencakup
wilayah yang lebih luas. Dalam waktu bersamaan seorang pemimpin bisa memantau
kondisi pelayanan publik, infrastruktur, kesehatan, pendidikan, sosial ekonomi
di berbagai tempat.
Untuk menjalankan
blusukan digital dibutuhkan teknologi informasi dan komunikasi yang
terintegrasi. Ruang kerja seorang
pemimpin layaknya ruang kendali dimana pemimpin bisa melihat kondisi rakyat dan
wilayahnya. Sinergi antara teknologi informasi dan komunikasi, integrasi sistem
informasi manajemen dan akurasi basis data sangat diperlukan dalam blusukan
digital. Kunci utama dari keberhasilan sistem blusukan digital ini adalah
kekuatan jaringan, keterhandalan basis data, dan pembaharuan data yang cepat.
Misalnya pembaharuan
data kependudukan yang akurat dan cepat akan mempermudah pemimpin membuat
kebijakan kependudukan. Pembaharuan data perdagangan, kenaikan harga kebutuhan
pokok yang dilakukan secara rutin dan cepat akan memudahkan pengambilan
keputusan ketika terjadi lonjakan harga kebutuhan pokok yang tidak wajar.
Integrasi dengan CCTV yang terpasang di berbagai penjuru akan memudahkan
pemantauan kondisi jalan yang rusak, kemacetan, dan kemajuan pembangunan
infrastruktur.
Beberapa program pemerintah saat ini sedang mengarah ke era blusukan digital. Salah satunya adalah rencana Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi yang menggagas 5 ribu desa online di seluruh Indonesia. Desa-desa ini akan menjadi proyek percontohan untuk sistem jaringan koneksi online untuk pemantauan kucuran dana desa di tahun 2015. Melalui sistem ini pemerintah bisa melihat kondisi desa yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dengan cepat.
Prioritas utama dari program ini adalah desa-desa yang tersebar di daerah perbatasan. Kondisi desa di daerah perbatasan sangat memprihatinkan. Kondisi infrastruktur, layanan kesehatan, pendidikan dan layanan public lainnya sangat jauh tertinggal. Karena itu dibutuhkan akselerasi pembangunan yang nyata. Daerah perbatasan adalah beranda bangsa sekaligus simpul-simpul persatuan yang harus dijaga. Tanpa upaya nyata untuk mengembangkan daerah perbatasan maka ancaman disintegrasi bangsa akan semakin kuat. Desa-desa di daerah perbatasan akan memilih bergabung dengan negara lain yang mampu memberikan perhatian dengan lebih baik.
Blusukan digital akan
mampu menghasilkan potret kondisi desa dan penduduknya secara cepat dan massif.
Pemerintah bisa memantau langsung kemajuan pembangunan desa. Memastikan bahwa dana alokasi pembangunan desa
bermanfaat sebagaimana mestinya.
Di
Jawa Tengah
Salah satu kota di Jawa
Tengah yang siap menerapkan konsep blusukan digital adalah Pekalongan.
Perkembangan teknologi informasi berbasis open
source telah mendorong kota ini menuju kota broadband (pita lebar). Data
dari Pemkot Pekalongan menunjukkan saat ini sudah sekitar 90% terkoneksi
jaringan fiber optic yang dipasang secara mandiri. Jaringan ini sangat
bermanfaat untuk membangun sinergi online dari berbagai program dan layanan
pemerintah. Sementara pusat ruang kendali dan monitor akan terpasang di kantor
walikota. Melalui layar terkoneksi tersebut pemimpin bisa melakukan berbagai
blusukan digital terhadap persoalan yang dihadapi masyarakatnya.
Daerah-daerah lainnya
bisa menerapkan konsep yang sama atau mengembangkan konsep lain yang sesuai
karakteristik daerah. Semakin banyak daerah yang siap melakukan blusukan
digital akan membawa Jawa Tengah lebih maju. Pelayanan publik lebih baik dan
bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
Tidak
menafikan hakekat blusukan
Blusukan secara fisik memiliki keterbatasan waktu, jangkauan dan kecepatan. Sehingga blusukan digital bisa menjadi solusi pendukung yang tepat. Meski demikian blusukan secara fisik tetap diperlukan karena hakikat kedekatan pemimpin dengan rakyatnya terwujud disini. Kehadiran blusukan digital hanya menunjang kinerja seorang pemimpin. Mempermudah, mempercepat dan memperluas jangkauan, bukan menafikan hakekat blusukan.
Kehadiran teknologi hanya bersifat mendukung, mempermudah dan tidak berarti menafikan hakekat dari sebuah aktifitas manusia. Blusukan secara fisik tetap diperlukan untuk membangun relasi harmonis pemimpin dengan rakyatnya. Sementara blusukan digital hanya bersifat menunjang dari sisi kecepatan dan keluasan akses.