Pada Januari 2016 lalu
Presiden Jokowi berkunjung ke Candi Borobudur di Kabupaten Magelang. Presiden
memastikan bahwa Candi Kebanggaan bangsa Indonesia ini akan terus dilestarikan
dan dijadikan sebagai tujuan wisata internasional. Harapanya pada tahun 2019
nanti kunjungan wisatawan mancanegara ke Borobudur akan meningkat dua kali
lipat dari kunjungan pada tahun 2015.
Kunjungan Presiden Jokowi ke Borobudur, sumber gambar: setkab.go.id |
Mendengar pernyataan
presiden tersebut saya pribadi menyambut gembira, pertama karena saya tumbuh
dan besar di Dusun Kujon Desa Borobudur Magelang. Kalau kunjungan wisman bisa
meningkat tentunya akan membawa peningkatan potensi ekonomi bagi masyarakat
sekitarnya. Orang tua dan saudara-saudara saya sebagian besar masih ada disana
dan tentunya mereka akan ikut menikmati perkembangan Borobudur. Kedua, kalau kunjungan
wisman ke Borobudur meningkat maka pemasukan Negara dari sector pariwisata juga
akan meningkat.
Meskipun sekarang
tinggal di Pekalongan, saya terus memonitor perkembangan Borobudur. Kadang bertanya
pada orang tua, adik atau saudara yang masih tinggal disana. Apa saja perubahan
nyata yang telah dilakukan untuk meningkatkan kunjungan wisman ke Candi Budha
terbesar tersebut.
Ketika berkunjung ke
Borobudur, Presiden sudah menyatakan bahwa infrastruktur pendukung pariwisata
di sekitar Candi akan ditingkatkan sehingga mampu menunjang peningkatan
kunjungan wisman. Pemerintah kabupaten Magelang juga sudah menyatakan bahwa
pengembangan Borobudur diarahkan menuju konservasi pariwisata. Daerah-daerah di
sekitar candi akan dikembangkan sesuai dengan kearifan local setempat sehingga
mampu menikmati melimpahnya kunjungan wisman. Harapanya kampong-kampung di sekitar
Borobudur memiliki kearifan local yang berbeda baik berwujud seni maupun
cideramata sehingga bisa menunjukkan keunikan berbeda.
Terkait pengembangan
Borobudur, saya pengin “urun rembug” semoga bisa menjadikan pengembangan candi
ini lebih baik. Urun rembug ini saya dasarkan pengalaman tinggal disana
semenjak kecil termasuk juga beragam persoalan yang mungkin dihadapi. Sebelumnya
saya uraikan terlebih dahulu beberapa kondisi di sekitar candi, termasuk
tantangan dan peluang yang bisa dikembangkan.
Tantangan
- Orang yang tinggal di sekitar Borobudur dapat merasakan perbedaan pengembangan wisata antara sebelah timur dan sebelah barat candi. Daerah sebelah timur lebih maju dan lebih banyak menikmati dampak ekonomi dari keberadaan candi. Losmen, toko, pusat oleh-oleh, dan potensi ekonomi lainnya banyak terdapat di sebelah timur candi. Orang yang tinggal di sebelah barat candi sering merasa iri karena mereka tidak merasakan potensi ekonomi yang sama. Salah satu penyebabnya karena lokasi parkir kendaraan wistawan terletak di sebelah timur sehingga pengunjung lebih banyak melewati daerah ini. Saat ini di sebelah barat candi sudah mulai dikembangkan sarana parkir kendaraan pengunjung, semoga ini bisa meningkatkan potensi ekonomi di sebelah barat candi.
- Sarana dan prasarana di lokasi Candi Borobudur nyaris tidak ada pengembangan yang signifikan. Dari semenjak saya kecil sampai sekarang tidak banyak yang berubah dari sarana dan prasarana di lokasi wisata. Bahkan prasarana yang sudah ada semenjak pembukaan candi sudah semakin lapuk. Di sebelah barat candi di sekitar Bukit Dagi pernah dibuka Taman Burung sebagai pengembangan sarana pariwisata tapi nampaknya sekarang sudah ditutup kembali karena sepi peminat. Atraksi gajah yang sewaktu saya kecil menjadi andalan juga sudah semakin terpinggirkan. Seolah-olah pengunjung hanya diarahkan untuk melihat candi, naik, berfoto kemudian turun lagi dan beli oleh-oleh pulang. Museum yang dulu menjadi salah satu tujuan wisata edukasi di sekitar candi juga sudah tidak menarik lagi.
- Pembinaan pedagang dan penataan lokasi cinderamata juga menjadi tantangan. Sudah beberapa kali dilakukan penataan pedagang dan lokasi jualan di sekitar candi, tapi sampai hari ini masih belum terlihat hasilnya. Keluhan pengunjung tentang pedagang yang memaksa, penataan lokasi jualan yang tidak karuan masih sering terdengar. Ini menjadi tantangan yang harus diselesaikan.
- Ketika wisatawan berkunjung ke Borobudur hanya sedikit dari mereka yang menginap di Magelang. Sebagai besar memilih menginap di Yogyakarta dan menjadikan Borobudur hanya sebagai bagian dari paket wisata yang ditawarkan para agen wisata di Yogyakarta. Kondisi tidak terlepas dari masih minimnya sarana perhotelan di sekitar candi dan tentunya potensi wisata lain yang bisa dinikmati sehingga wisatawan mau menginap di Magelang.
Peluang
- Pengembangan wisata ke barat, salah satunya Punthuk Setumbu di Kurahan. Bisa untuk melihat sunrise dan sunset berlatar pegunungan Merbabu dan Candi Borobudur.Perkembangan Punthuk Setumbu cukup menggembirakan. Ketika lebaran 1437 H kemarin saya pulang ke Borobudur saya melihat bagaimana antusiasme wisatawan untuk datang ke Punthuk Setumbu. Dari ketinggian bukit ini bisa dilihat sunrise dan sunset yang berelatar keindahan alam. Pengembangan bukit ini sebagai salah satu destinasi pendukung Candi akan memberikan peluang bagi terbukanya potensi ekonomi lain. Salah satu yang mencolok adalah perkembangan losmen dan tempat penginapan yang berada di sebelah candi dan menawarkan paket Punthuk Setumbu.
- Pengembangan wisata kuliner juga menjadi alternatif lain untuk memperkuat wisata Candi Borobudur. Kuliner tradisional seperti, jadah, tempe, geblek, banyak terdapat di sekitar Candi.
- Memanfaatkan rumah penduduk sebagai home stay dan menawarkan wisata yang tidak hanya destinasi utama Candi juga mempelajari budaya masyarakat sekitarnya. Bagi kami yang tinggal di sekitar Candi, hal seperti ini sering dilakukan. Kami sering berinteraksi dengan wisman yang berjalanan-jalan di kampung kami, sekaligus juga menerima mereka dengan tangan terbuka untuk datang dan mempelajari budaya Jawa.
c.
Strategi
Komunikasi
Untuk meningkatkan kunjungan wisman ke Borobudur tentunya membutuhkan beragam cara. Selain memperbaiki infrastruktur di sekitar Candi juga dibutuhkan strategi komunikasi yang tepat.
Strategi komunikasi adalah kegiatan atau kampanye komunikasi yang sifatnya informasional maupun persuasif untuk membangun pemahaman dan dukungan terhadap suatu ide, gagasan atau kasus, produk maupun jasa yang terencana yang dilakukan oleh suatu organisasi baik yang berorientasi laba maupun nirlaba, memiliki tujuan, rencana dan berbagai alternatif berdasarkan riset dan memiliki evaluasi (Smith, 2005).
Menilik dari definisi tersebut nampaknya hal yang mendesak untuk dilakukan adalah melakukan riset dan evaluasi terhadap strategi komunikasi yang pernah dilakukan. Kemudian menetapkan sebuah isu yang mampu dijadikan sebagai tema promosi Borobudur sebagai destinasi wisata dunia.
Untuk mewujudkan hal ini perlu duduk bersama pemerintah, masyarakat dan industri wisata sehingga bisa merumuskan strategi komunikasi yang tepat. Semoga Borobudur bisa kembali menjadi destinasi utama wisata dunia, dan efek positifnya dirasakan masyarakat sekitarnya.
Referensi
Buku
Smith, D. Roland, Strategic Planning
for Public Relations, second edition, Lawrence Erlbaum Associates Publisher,
London, 2005, hal 3
Internet
Pengembangan Destinasi
Wisata Candi Borobudur, http://diskominfo.magelangkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=115:pengembangan-destinasi-wisata-candi-borobudur&catid=271:berita2
Potensi Ekonomi Jawa Tengah,
http://birohumas.jatengprov.go.id/knowledge/potensi-ekonomi-jawa-tengah
No comments:
Post a Comment