Sampai hari ini luapan lahar
dingin yang mengarah ke Magelang dan Yogyakarta belum juga usai. Di musim hujan
seperti sekarang kekhawatiran datangnya lahar dingin semakin besar. Semenjak
letusan Gunung Merapi pada 2010 lalu, kekhawatiran tersebut terus terpelihara.
Bagi kami yang tinggal di daerah Magelang, letusan Merapi yang diikuti hujan
abu dan lahar dingin telah mengajarkan kami pada dua hal penting. Ada berlian
terpendam yang selalu ada dalam diri setiap manusia dan akan muncul ketika
manusia menggosoknya dengan sungguh-sungguh. Kilaunya akan menerangi setiap
langkah hidup manusia.
Pertama, kami belajar dan
mempraktekkan indahnya nilai kesabaran. Ketika hujan abu menutupi langit,
menumbangkan pepohonan karena panasnya, memutuskan arus listrik, membunuh
ternak dan membuat hati kami terguncang, disaat bersamaan kami sesungguhnya
sedang menggosok kesabaran sebagai berlian yang terpendam dalam hati kami.
Kesabaran menyelesaikan begitu banyaknya persoalan hidup yang dihadapi manusia.
Sungguh tanpa kesabaran maka musibah yang kami alami akan menghancurkan sisi
yang lebih dahsyat dari diri kami sebagai manusia. Kehilangan harta benda dan
saudara akan diikuti dengan hilangnya kerapuhan dan kekuatan hati kami sebagai
manusia. Maka putus asa yang mendera akan menghancurkan segenap asa yang masih
tersisa. Namun kesabaran membentengi kami dari sifat putus asa tersebut.
Kedua, kami menggosok indahnya
nilai syukur yang ada dalam diri kami. Meski harta kami hilang, setidaknya kami
masih bisa bersyukur diberi kehidupan dan kesempatan untuk memperbaiki
segalanya. Letusan Merapi tidak hanya menimbulkan derita tetapi menghasilkan
potensi kehidupan baik berupa pasir, batu dan kekayaan alam lainnya. Itu semua
harus kami syukuri karena sesungguhnya banyak hikmah yang bisa dipetik dari
setiap kejadian
No comments:
Post a Comment